Selasa, 08 Februari 2011

Tegar Di Jalan Dakwah

TEGAR DI JALAN DAKWAH

BAB I
PROBLEMATIKA INTERNAL AKTIVIS DAKWAH

A.    Gejolak Kejiwaan
”Maka Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” (Qs. Asy Syams : 8)
1.    Gejolak Syahwat
Awalnya sebuah fitrah tapi banyak manusia yang terpeleset ke jalan kefasikan karena masalah ini (Qs. 3 :14). Oleh karena itu islam datang tidak dalam rangka membunuh potensi fitriyah manusia, akan tetapi mengarahkan potensi tersebut sesuai dengan syariat. Dengan berpuasa atau jalan menikah. Stabilitas ma’nawiyah (moralitas) para aktivis dakwah bisa terganggu disesbkan oleh syahwat. Untuk itu, para aktivis harus menjadi pihak yang paling pandai menjaga dirinya sehingga gejolak syahwat tidak menyebabkan potensi negatif dalam kegiatan dakwah.
2.    Gejolak Amarah
Kadang gejolak jiwa di sisi yang lain muncul ketika menangani kasus-kasus di medan dakwah. Permasalahan dakwah sering memancing munculnya gejolak kemarahan dalam jiwa para aktivis dakwah. Tentu saja hal ini merupakan peluang bagi munculnya penyimpangan manhajiyyah dalam gerak dakwah sekaligus membuka celah tak menguntungkan bagi kondisi aktivis dakwah itu sendiri. Ex : Khalid bin Walid pada bani Jazimah.
3.    Gejolak Heroisme
Kadang dijumpai sebuah semangat yang sangat heroik di medan perjuangan, apalagi tatkala berada dalam peprangan menhadapi musuh. Semangat kuat yang muncul dari sikap heroisme para petarung adalah mengalahkan dan menaklukan musuh. Pada titik tertentu bahkan menjadi semacam obsesi kepahlawanan dan heroisme. Namun, jika gejolak ini tidak diletakkan secara tepat, bisa pula menimbulkan dampak negatif. Ex : Sa’ad bin Ubadah  menerriakkan kata perang padahal Rasulullah telah bilang jangan ada kekerasan.
4.    Gejolak Kecemburuan
 kisah pembagian harta rampasan perang hunain : anshar dan muhajirin
5.    Pelajaran Penting
Akan selalu dijumpai dalam dakwah banyak hal yang mungkin menimbulkan gejolak kejiwaan para aktivis dakwah. Bahwa sekecil apapun gejolak itu, apabila membahayakan dakwah harus segera diselesaikan. Sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya.

B.    Ketidakseimbangan Aktivitas
1.    Ketidakseimbangan antara aktivitas ruhaniyah dengan aktivitas lapangan
Mereka yang hanya berbekal semangat saja tanpa disertai dengan aktivitas pembinaan ruhaniyah, cenderung tak bertahan lama terlibat dalam gerak dakwah. Akibat langsung dari banyaknya kerja teknis adalah cepat lelah dan merasa jenuh. Ironi seperti ini tak selayaknya terjadi, jika para aktivis dakwah memperhatikan alokasi kegiatannya. Karakter dakwah islam bukanlah sekedar aktivitas yang mengajak orang lain kepada kebaikan. Lebih dari itu, para aktivitas dakwah sendiri hendaknya yang pertama kali melakukan apa yang diserukannya. Orang yang mengajak kebaikan tapi melalaikan dirinya sendiri seperti sebuah lilin. Gejala kejenuhan aktivitas merupakan indikasi sebuah gerak dakwah yang tidak mengikuti manhaj dakwah Rasulullah SAW.
2.    Ketidakseimbangan antara Dakwah di Dalam dengan di Luar Rumah Tangga.
Perhatian terhadap perbaikan di dalam keluarga harus seimbang dengan perhatian terhadap perbaikan masyarakat dan negara.
 Rasulullah pada peristiwa di gua hira pergi menemui istrinya, Khadijah ra.
 Rasulullah bercerita pada istrinya, Ummu Salamah ketika tak ada satupun dari kaumnya yang menjalankan seruannya.
 Orang-orang yang pertama kali beriman adalah dari lingkungan keluarga Rasulullah sendiri.
3.    Ketidakseimbangan antara Aktivitas Pribadi dengan Organisasi
Aktivitas pribadi : kuliah, mengerjakan tugas-tugas kuliah, mengurus istri, anak,mencari nafkah. Harus diseimbangkan dengan kegiatan organisasi karna organisasi tidak akan bisa menyelesaikan tugas-tugas pribadi.
4.    Ketidakseimbangan antara Amal Tarbawi dan Amal Siyasi
Ketidakseimbangan dalam meletakkan kedua amal ini akan merusak tatanan dakwah. Amal siyasi tanpa nuansa tarbawi akan menimbulkan suasana gersang dan kering. Dan tanpa amal siyasi, bangunan amal tarbawi tidak menunjukkan produktivitas karna hanya menunaikan kegiatan internal tanpa ekspansi keluar.
5.    Ketidakseimbangan antara perhatian terhadap Aspek kualitas dan kuantitas SDM
Hal ini akan menyebabkan gerakan dakwah tidak berjalan dengan optimal. Ada sisi yang kosong dan cenderung membahayakan saat dibiarkan tanpa perbaikan. Baik kualitas maupun kuantitas sangat diperlukan guna mencapai kemenangan dakwah islam.

Penyebab Ketidakseimbangan :
a.    Pola kerja Infiradiyah (Single Fighter)
Dengan bekerja sendiri, individu ini tidak akan dapat menata aktivitas lainnya sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dan cenderung membuat cepat lelah. Bekerja sendirian tidak akan efektif. Qs. Thaha : 29 – 34  Nabi Musa membutuhkan Harun untuk menemaninya berdakwah.
b.    Lemahnya Perasaan Mas’uliyah
Diperlukan tarbiyah mas’uliyah bagi stiap aktivis secara sistematis agar selalu bisa memunculkan sifat perasaan tanggung jawab. Jangan sampai terbiasa melalaikan amanah yang telah dibebankan kepadanya, atau melalaikan kewajiban yang harus diselesaikan.
c.    Kesalahan Cara Pandang
Menentukan prioritas  kondisional dan situasional
d.    Kesalahan dalam membuat perhitungan
Untuk membuat perhitungan langkah apa yang selanjutnya harus dilakukan harus mendapat banyak pertimbangan dan masukan dengan melibatkan musyawarah sehingga dapat menghindari kesalahan.
e.    Pembagian Tugas yang Buruk
Pembagian tugas dibagi secara proporsional agar tidak terjadi penumpukan tugas pada satu individu yang dapat menimbulkan kejenuhan aktivitas sehingga harus ada pembagian tugas yang sesuai kafa’ah masing-masing.

Jalan Keluar Ruhaniyah
Memiliki waktu khusus untuk merinankan kerja-kerja dakwahnya dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Nabi Nuh, Ibrahim, mengadu pada Allah akan beratnya tugas. Dengan suasana ruhaniyah yang mantap, para aktivis akan dapat menjaga keseimbangan perhatian dan aktivitas. Mereka tidak terjebak dalam perhitungan yang salah atau semu, yang bisa menggelincirkan ke dalam ketidakseimbangan.

Jalan Keluar Idariyah (manajerial)
a.    Musyawarah
Dalam pembagian tugas, struktur, mengambil kebijakan, memilih di antara kegiatan yang ada bersamaan sebaiknya dilakukan dengan jalan ini agar tepat dalam mengambil keputusan.
b.    Pertimbangan yang Utuh menyeluruh
Tentang kader tersebut, amanahnya, kemampuan melaksanakan amanah, pihak-pihak yang menjadi tanggung jawabnya.
Pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil keputusan menurut Syaikh Musthafa Masyhur :
1.    Resiko kesalahan membuat perhitungan dan penilaian tak bisa diperbaiki atau ditebus.  syahid : untung, rugi?
2.    Jiwa anggota bukan hak miliknya dalam arti kata yang sebenarnya.  melakukan sesuatu yang dibenarkan Allah, bukan sesuka hatinya
3.    organisasi bertanggung jawab dan berkewajiban mengendalikan dakwah sebaik-baiknya sesuai perintah dan hukum islam.
4.    harus selalu mendalami perjalanan dakwah, masa permulaan hingga sekarang.  tidak terpelosok ke lubang yang sama
5.    tindakan yang menentang bahaya secara terbuka memerlukan kekuatan yang seimbang.
c.    Partisipasi Aktivis
Ketika di lapangan ada ketidak kesesuaian harap didialogkan dengan para pemimpin organisasi.


C.    Latar Belakang dan Masa Lalu Aktivis
1.    Latar Belakang Keagamaan Keluarga
Kemungkinan keluarga:menyetujui/mendukung, tidak mau tahu, tidak sepakat.
Problem yang mucul bagi aktivis yang keluarganya tidak paham ajaran islam :
a.    Lemah dalam Tsaqofah Islam.
Baru tahu ketika dewasa. Sehingga butuh percepatan tsaqofah agar dapat berdakwah (lewat tarbiyah). Dakwah sambil menimba tsaqofah. Bukan mengisi tsaqofah sampai full dulu baru dakwah.
b.    Tekanan Keluarga
Mush’ab bin Umair contohnya, tetap tegar walau tanpa kemewahan. Tetap bersikap baik walau tidak diterima.
c.    Kerancuan dalam Orientasi Kehidupan
Gamang menentukan pilihan kehidupan, cita-cita, pernikahan, pekerjaan
2.    Sifat dan Perilaku Jahiliyah Masa Lalu
Biasanya kadang-kadang masih muncul ketika beaktifitas sehingga menurunkan kualitas dakwahnya, dalam hal ini qudwah/teladan.
3.    Langkah Perbaikan
Qs. Az Zumar : 53 – 54
Ubah sifat buruk dari masa lalu, lihatlah hari ini (Allah Maha Pengampun), senantiasa bermuhasabah.
D.    Penyesuaian Diri
Dakwah Nabi, sembunyi-sembunyi, terang-terangan. Nabi terang-terangan, dilanjutkan para sahabat yang terang-terangan, semenjak Umar dan Hamzah masuk islam. Mulai peperangan, uhud, badar, perjanjian hudaibiyah hingga fathu mekkah. Gerakan dakwah saat ini yang telah sampai mihwar mu’assasi. Tampil secara terang-terangan dan harus mampu beradaptasi
1.    hambatan Penyesuaian Diri
i.    Sifat ”Kelembaman” Kemanusiaan
Cenderung ingin mempertahankan posisinya. Merasa berat harus melakukan perubahan, karena merasa telah mapan dengan karakter dakwah sebelumnya. Sifat lembam ini harus dikelola dengan bijak aga tidak sampai menghalangi para aktivis untuk melakukan perubahan format dakwah.
ii.    Kecenderungan Jiwa
Dapat diubah dan diarahkan agar seimbang antara yang suka tertutup dan terbuka
iii.    Keterbatasan dan Perbedaan Tsaqofah
Ada hal-hal yang bersifat tetap dan berkembang. Karena ada perbedaan dan keterbatasan tsaqofah, kadang-kadang bersikap tetap terhadap hal-hal yang berkembang, atau sebaliknya, dan salah menempatkan yang mana yang tetap dan yang berkembang. Sehingga harus diselesaikan dengan dialog, telaah ilmiah, membudayakan musyawarah agar tidak terjadi perpecahan.
iv.    Keterbatasan Kapasitas
Setiap aktivis harus selalu berusaha meningkatkan kapasitas dirinya, agar selalu bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan tahapan dakwah  yang terus berkembang.
2.    Peran Kelembagaan Dakwah
Menyiapkan kader-kader inti dengan program-program peningkatan kapasitas.

E.    Friksi Internal
Berselisih faham, fenomena komunitas super
1.    Belajar dari Gerakan Al Ikhwan
Kepemimpinan Al Hudaibi, Mursyid kedua stelah Hasan Al Banna yang banyak kontroversi dan berhasil diselesaikan
2.    Mengambil Pelajaran dari Friksi
i.    adanya friksi merupakan indikasi kelemahan proses tarbiyah di kalangan umat secara umum
ii.    Kelemahan dalam penjagaan diri para aktivis
iii.    Strukturalisasi baru tepat dilakukan terhadap orang-orang yang telah memahami karakter dakwah itu sendiri.
iv.    Bukti keberadaan ego manusia
v.    Penumbuhan kesadaran berislam dan dakwah lebih utama dibandingkan sekedar meletupkan semangat bergerak
vi.    Muncul akibat hadirnya pihak ketiga yang sengaja ingin memperkeruh suasana dan mampelemah kaum mukmin.
3.    Mengelola Ikhtilaf (perbedaan pendapat)
Berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah. Jika sudah masalah furu’ (cabang) maka itu lain lagi
4.    Ashbabul Ikhtilaf
i.    Tabiat agama islam
Pada hal yang sifatnya zhanni (belum pasti) atau mu’awwal (memungkinkan adanya penafsiran) dalam hukum Allah yang bersifat eksplissit, kaum muslimin bisa berbeda interpretasi dalam memahami maksudnya. Dari sinilah muncul peluang yang amat besar untuk adanya perbedaan pendapat.
ii.    Tabiat Bahasa (Arab)
Bahasa yang digunakan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah bahasa arab, di dalamnya ada lafadz musytarak yang memiliki lebih dari satu arti, ada pula yang hanya memiliki satu arti. Ada yang mengandung arti sebenarnya (hakiki) dan ada pula arti kiasan. Tabiat bahasa arab yang memungkinkan para mujtahid mengambil makna yang berbeda dari satu teks nash yang sama.
iii.    Tabiat Manusia
Karakter ibnu Umar dan ibnu Abbas amat berbeda. Abu Bakar dan Umar adalah dua figur yang berbeda karakter.
iv.    Tabiat Alam dan Kehidupan
Tumbuhan yang sama-sama tumbuh dari tanah yang sama, bunganya bisa berbeda, manisnya buah bisa berbeda.
Bahkan perbedaan telah ada sejak zaman Rasulullah, hanya saja perbedaan itu tidak membuat perpecahbelahan. Mereka mampu menolerir khilaf furu’ yang ada, dengan tetap menjaga tali ukhuwah.

5.    Ikhtilaf yang Tercela
i.    Perbedaan yang Bermotivasikan Pembangkangan, Kedengkian, dan Mengikuti Hawa Nafsu.
Qs. 3 : 19, antar personal, antar kelompok untuk menjaga identitas mereka.
ii.    Perbedaan pendapat yang Mengakibatkan Perpecahan dan Permusuhan
Qs. Al Anfal: 46
6.    Bekal menghadapi Keragaman
i.    Ilmu yang Luas dan Shahih
ii.    Ikhlas karena Allah dan Terbebas dari Nafsu
iii.    Meninggalkan Fantisme Individu, Mazhab, dan kelompok
iv.    Berprasangka baik kepada pihak lain
v.    Tidak menyakiti dan Mencela
Qs. 3 : 103, 105, Ar Rum : 47

BAB II
PROBLEMA EKSTERNAL DAKWAH

A.    Problematika Spiritual dan Kultural
1.    Berhala-berhala Modern
Jika dahulu kita sebut zaman jahiliyah (kebodohan)bukan karena mereka bodoh tapi karena mereka menyembah berhala. Berhala pada zaman modern ini banyak macamnya dari sains, teknologi(ada yang akhirnya semakin menjauh dari Allah), kebudayaan yang akhirnya menginjak-injak hak asasi manusia, menjauhkan orang dari islam sejauh-jauhnya karena bertentangan dengan budaya yang mereka anut, dsb.
2.    Syirik, Khufarat dan takhayul di era Teknologi
Ketika masyarakat modern  begitu percaya dengan saind dan teknologi mereka malah tidak semakin dengan Allah. Dengan teknologi seharunya mereka dapat membuktikan kebenaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ini. Tapi malah sebaliknya. Ketika berpolitik mereka menggunakan sesajen agar dapat berhasil masuk legislatif. Di bidang kesehatan, mereka menggunakan mantra. Di bidang ekonomi, mereka datang ke dukun untuk melipatgandakan uang. Di era cyber ini pula, takhayul digembar-gemborkan. Film-film horor, sinetron mistis yang tidak masuk akal. Seharusnya dengan perkembangan sains dan teknologi, akan semakin mendekatkan manusia kepada Allah.
3.    Globalisasi dan dialektika Kultural
Globalisasi telah membawa perubahan besar-besaran dalam kehidupan manusia di seluruh bagian dunia. Pakaian, makanan, minuman ala barat telah dapat dikonsumsi di mana pun bahkan papua. Tapi sesungguhnya bukan hanya makanan,minuman atau pakaian saja yang mereka bawa. Tapi membawa budaya barat mereka dan kemasan ideologi dalam setiap produknya. Mengikuti gaya hidup, pandangan hidup. Televisi yang sebagian besar merusak moral anak bangsa. Oleh karena itulah perlu adanya penciptaan benteng moral yang kokoh pada setiap individu, agar mereka bisa memilah dan memilih segala hal yang membawa kemaslahatan yang dapat diambil, dan yang membawa kerusakan untuk ditinggalkan.
4.    Tradisi dan Perkembangan Peradaban
Seiring perkembangan zaman, terjadilah pergesera tradisi ssperti gotong royong, saling membantu, tenggang rasa, dan sebagainya kini semakin luntur dan amat jarang ada hal seperti itu. Cara hidup instan telah memenuhi ruang kehidupan manusia saat ini. Dari mulai cara hidup, berfikir, menyelesaikan masalah hingga kegiatan keagamaan pun ikut kena imbasnya (ketika shalat contohnya, maunya instant, cepat selesai, ikut kajian,cepat selesai).

B.    Problematika Moral
1.    Mabuk dan Penyalahgunaan Obat-Obatan
Semua telah banyak tersedia di mana-mana dengan jenis minuman dan obat-obatan yang bermacam-macam. Padahal Allah telah bilang dalam Qs. 5 :90-91. Oleh karena itu dibutuhkan usaha yang serius dari semua unsur yang terkait untuk memeranginya.
2.    Penyelewengan Seksual
Semakin berjalannya waktu, tingkat penyelewengan semakin meningkat. Pengaruh teknologi yang buruk melalui tontonan yang tidak seharunya menyebabkan banyaknya penyelewengan seksual. Tidak kuatnya seseorang menahan hawa nafsu juga menyebabkan merebahnya permasalah ini. Sebagai dampaknya penyakit seksual ada di mana saja dan dapat mudah ditularkan. Qs. Al Isra’ : 32
3.    Perjudian dan Penipuan
Bagaimana kita bisa berfikir membangun sebuah bangsa dan negara yang kuat, jika masyarakatnya dijejali mimpi-mimpi kosong, harapan-harapan semu, janji-janji muluk yang lazim didapat dalam dunia perjudian? Mereka memburu sesuatu yang tidak jelas, tanpa perencanaan, bercorak nonilmiah, irrasional, untung-untungan dan sesaat. Mereka tidak berfikir panjang, tidak beranimelihat kenyataan dan akhirnya menjadi pribadi yang lemah dipenuhi angan-angan. Bangsa akan cepat hancur jika generasi bermental penjudi. Qs. 5 : 90-91, Al muthafifin : 1-3
4.    Tindak Brutal dan Kekerasan
Sudah sangat banyak hingga saat ini pembunuhan terjadi apalagi karena didasari oleh hal-hal yang sepele. Keseluruhan arahan islam berkenaan dengan jaminan kehidupan yang baik bagi setiap manusia, tanpa boleh dizhalimi apalagi sampai dibunuh tanpa hak. Dengan demikian, kejadian yang sering kita saksikan lewat media massa tentang adanya tindak kriminal, kebrutalan, kekrasan hingga sampai pembunuhan, hanya karena alasan-alasan yang sepele, sangatlah menyimpang dari ketetapan islam tentang kehidupan.

C.    Problematika Sistemik
1.    Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Dari zaman dulu hingga sekarang KKN tetap terjadi dan  malah sesmakin merajalela. Persoalan utama yang harus dibangun adalah moral mereka agar mampu seperti umar bin khathab ataupun umar bin abdul aziz yang sangat berhati-hati dalam masalah ini. Sehingga kepekaan terhadap rakyat semakin nyata dan kesejahteraan manusia seluruhnya dapat dirasakan.
2.    Kemiskinan
Meskipun Indonesia terkenal dengan sumber daya alamnya yang kaya, tapi masyarakatnya tetap saja miskin karena tidak mampu memaksimalkan SDA yang ada. Banyak kejahatan juga timbul karena kemiskinan. Oleh karena itulah sistem ekonomi islam mendorong manusia agar memenuhi kebutuhan hidupnya.
3.    Kebodohan
Kebodohan akan membawa seseorang kepada kehancuran. Oleh karena itulah dibutuhkan pribadi-pribadi yang crdas. Sayangnya di Indonesia sendiri, perhatian tentang pendidikan sangatlah minim. Perencanaan anggaran untuk pendidikan minim sehingga seseorang harus membayar mahal untuk bisa mengenyam bangku pendidikan. Semakin bodohlah bangsa ini jika perhatian terhadap penidikannya sangat lemah.  Karena Allah telah bilang dalam ayatnya : Qs. Az Zumar : 9, Al Mujadilah : 11, fathir : 28.
4.    Disintegrasi Bangsa
Beberapa daerah di Indonesia menyatakan untuk memisahkan diri dari NKRI yang berarti merupakan ancaman bagi keutuhan dakwah islam. Sebab, kegiatan kelompok yang menghendaki kemerdekaan dan memisahkan diri dari NKRI, senantiasa mudah dibumbui dengan nuansa agama, suku dan etnis. Dengan dakwah islam, akan menjalin persaudaraan antara bagian masyarakat di Indonesia. Karena islam senantiasa menebarkan rahmat bagi alam semesta sebagaimana misi kehadirannya. Qs. 49 : 10 dan 13, Al Mumtahanah : 8, 5 : 3.

BAB III
DAYA TAHAN DI MEDAN DAKWAH

A.    Menguatkan dan Membersihkan Motivasi
Daya tahan dalam lapangan dakwah sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan kelurusan motivasi.
 Khalid bin Walid , tidak memberontak saat diturunkan posisinya dari jabatan panglima menjadi prajurit biasa. ”Saya berjihad karena Allah, bukan karena khalifah Umar”, ungkapnya.
 Anas bin Nazhir, memenuhi janjinya dalam perang uhud, dan syahid hingga 80 tusukan pedang. Turunnya hadits berikut adalah mengenai dirinya ”Dari kaum mukminin ada beberapa orang yang telah menepati janjinya kepada Allah maka di antara mereka ada yang telah mati dan ada yang masih menunggu, dan mereka tiada mengganti keyakinannya dengan yang lain (HR. Bukhari dan Muslim)    .
Apakah makna ikhlas dan bagaimana posisinya dalam menumbuhkan daya tahan?
1.    Memahami makna Ikhlas
Bersih dari segala noda dan menjadikan sesuatu murni tanpa noda sedikitpun. Secara syar’i  adalah niat mencari ridha Allah semata dengan amal yang murni dari segala perusaknya. Qs. Al Bayyinah : 5
Menurut Hasan Al Banna, ”Yang dimaksud dengan ikhlas ialah seorang muslim menunjukkan segala perkataan, amal dan jihadnya semata-mata mencari ridha Allah dan ganjaran baik-Nya, tidak memandang keuntungan duniawi, kedudukan, pangkat, gelar dan semacamnya. Karena itu, ia akan menjadi manusia pembela cita-cita dan aqidah, bukan kepentingan (interest) pribadi.”  Qs.6 : 162-163
2.    Mencapai Derajat Ikhlas
Ada beberapa petunjuk untuk mencapai ikhlas, di antaranya :
a.    Senantiasa memperbarui niat
Dalam keseharian,makan,minum, tidur,dsb, islam telah menuntun dengan berdoa sebelum dan sesudahnya. Keseluruhan doa tersebut dimaksudkan sebagai upaya memperbarui niat agar senantiasa lurus, tidak mengalami penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Selalu memperbaiki niat dan memperbarui niat ikhlas adalah sebuah tuntutan dalam kehidupan dakwah. Apabila gagal memperbarui niat, bisa kehilangan daya tahan dalam perjuangan. Bahkan kadang kondisi akhirnya sangat menyakitkan.
b.    Berusaha Keras Menunaikan Kewajiban
”syirik khafi (halus) akan terhindar dari orang-orang yang dirahmati Tuhannya. Sedangkan cara menghindari syirik tersebut adalah dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Ikhlas ini tidak akan terwujud kecuali dengan zuhud. Sedangkan zuhud tidak akan tercapai kecuali dengan takwa. Dan takwa akan terwujud kalau mengikuti perintah dan menjauhi larangan Allah dengan konsekuen. Qs. Al Ankabut : 69
c.    Berusaha Keras Mewujudkan Kecintaan kepada Allah
Kecintaan kepada Allah bukanlah hal yang bisa muncul dengan sendirinya dalam jiwa setiap manusia. Setiap manusia beriman harus selalu berusaha mewujudkan kecintaan kepada Allah, karena hanya dengan itu amal akan mudah diterima di sisi-Nya. Qs. Ali Imran : 31-32
 Mush’ab bin Umair, mau meninggalkan kemewahan yang dimiliki demi islam hingga syahid dalam perang uhud sebagai pembawa bendera yang ditebas kedua tangannya.
d.    Merasakan Pengawasan Allah
Orang yang merasa hidupnya diawasi Allah akan senantiasa berjalan hati-hati dalam meniti hidup serta dakwahnya. Hendaknya setiap aktivis mengingat bahwa sepanjang hidupnya selalu diiringi malaikat pencatat. Qs. Al Infithar : 10-12
e.    Hati-hati dalam beramal
Amal adalah bukti nyata keimanan seseorang. Dalam islam, manusia senantiasa diperintahkan untuk beramal agar tidak menjadi insan yang merugi. Maka berlomba-lombalah kaum mukminin memperbanyak amal mereka. Tapi tak sedikit amal menjadi sia-sia karena tidak terpenuhi syart-syaratnya. Amal tersebut tertolak di sisi Allah.

B. Mencapai Derajat Iman
    Dakwa adalah mengajak manusia kepada keimanan, kepada tauhid, kepada kemurnian akidah. Oleh karena itu, para aktivis harus memiliki kebersihan dan kelurusan iman, agar bisa mengajak masyarakat menuju keridhaan Allah. Untuk mencapai kemenangan gemilang yang dijanjikan Allah, tiada jalan lain kecuali menepati segala sifat-sifat keimanan. Kemudian senantiasa menjaga keberadaan sifat-sifat tersebut setiap saat. insyaAllah kebenaran janji-janji Allah akan mereka dapatkan dalam kehidupan, sebab sungguh Allah tak pernah mengingkari janji. Qs. 13:31
1.    Janji Allah terhadap Orang yang Beriman
a.    Kemenangan atas musuh-musuh mereka
Tak ada satupun invasi musuh yang dapat melumpuhkan orang-orang yang beriman jika mereka benar keimanannya. Bergembiralah kaum mukminin, sebab Allah telah beriman dalam Qs. Ar-Rum : 47
Pertolongan dan pembelaan Allah adalah sebuah kekuatan bagi orang-orang mukminin, tak ada satu manusia pun yang mampu mengalahkannya  perang badar, perang ahzab. Qs. Al-Anfal : 9 – 12
b.    Jaminan bahwa Orang-Orang Kafir tak akan Menguasai Mereka
Sirah Nabi telah memberikan pelajaran bahwa betapapun kuatnya maker yang dilakukan orag musyrikin quraisy terhadap gerak dakwah islam, yang terjadi justru semakin menambah subur gerak dakwah tersebut. Berbagai upaya telah mereka lancarkan, sejak ejekan sampai penganiayaan dan pembunuhan, tapi manakah hasilnya?sebab, telah pasti janji-Nya : Qs. 4 : 141, Al-Anfal : 30  Perjanjian Hudaibiyah
c.    Mendapatkan Izzah
Mereka adalah orang-orang yang sadar dan paham bagaimana mengatur kehidupannya, sejak memberikan wala’ secara benar, mahabbahnya benar, jalan hidupnya lurus dan pengorbanannya tulus. Apa yang dimakan baik, yang dikerjakan baik, bermanfaat untuk umat, dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Orang kafir memiliki criteria yang berlawanan dengan itu. Qs. Al Munafiqun : 8. Perjuangan dakwah memerlukan kekuatan jiwa yang prima, mengingat tantangan yang besar. Kemuliaan hanyalah milik Allah, maka sudah selayaknya para aktivis meminta izzah hanya kepada Allah, bukan dari yang lain.
d.    Kehidupan dan Rizki yang Baik
Tidak ada kekhawatiran apa pun bagi aktivis dakwah dalam masalah kehidupannya, sebab kemudahan teah dijanjikan Allah. Limpahan barokah hanya akan diberikan kepada orang mukmin saja, sekalipun secara umum semua manusia diberi rizki oleh Allah. Qs. An Nahl : 97, Al A’raf : 96
e.    Menjadikan Khalifah fil ardhi
Dipercayakan bumi dan isinya kepada mereka untuk dikelola. Hanya orang-orang beriman beriman sajalah yang bisa memegang kemakmuran dan pengelolaan bumi. Kekhalifahan adalah hak istimewa yang diberikan kepadanya, tiada yang lebih berhak atas fungsi itu selain mereka. Qs. 24 : 55.
f.    Mendapatkan Surga
Qs. Luqman : 8-9  Kenikmatan mana lagi yang bisa menandingi surga-Nya, saat manusia penuh keridhaan Allah! Lalu mengapa kaum mukminin tidak segera berlomba-lomba mencapai janji tersebut?

2.     Upaya Meraih Derajat Keimanan
Tiada pilihan lain bagi setiap muslim kecuali harus senantiasa memperbaiki kualitas keimanan serta memperkukuhnya. Tentu para aktivis dakwah harus segera melaksanakan koreksi ke dalam dirinya sendiri, sejauh mana keimanan telah terealisasi di dalam kehidupannya, yang dengan itu mereka berhak mengharap janji-janji Allah.
Upaya agar derajat keimanan bisa terealisir :
a.    Orientasi Rabbani
Menjadikan seluruh aktivitas selalu berorientasi kepada Allah, dengan menjadikan Allah sebagai orientasi utama dalam kehidupan. Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain, mencintai seseorang karena Allah, tidak mau kembali kepada kekafiran  merasakan manisnya iman (HR.Bukhari dan Muslim). Mencintai, membenci, membela, memusuhi karna Allah. Barang siapa berusaha mendapatkan ridha Allah sekalipun dengan resiko kemarahan manusia maka Allah meridhainya dan menjadikan manusia ridha kepadanya, dan sebaliknya. (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya)
b.    Berhati-hati terhadap orientasi Duniawi
Islam tidak menolak materi dan kesenangan duniawi, namun jangan sampai dijadika sebagai orientasi utama. Dakwah akan mengalami penyimpangan jika materi telah dijadikan tujuan dan orientasi utama.  Qs. Hud : 15-16

C. Menggandakan Kesabaran
Medan dakwah tak mungkin ditempuh oleh orang yang tidak memiliki kesabaran. Bahkan, seringkali hadirnya orang yang tak sabar dalam tatanan dakwah, lebih banyak membuka celah yang bisa membahayakan eksistensi dakwah secara umum.
1.    Hikmah Kesabaran
a.    Dijadikan Pemimpin karena Sabar
Qs. As-Sajdah : 24
b.    Pahala Besar bagi yang Sabar
Qs. An Nahl : 96, Al Qashash : 54, Az Zumar : 10  Betapa besar hikmah kesabaran bagi upaya membawa dakwah menuju kemenangannya.
c.    Allah membersamai mereka yang sabar
Qs. 2 : 153  Para aktivis dakwah adalah pihak yang paling berhajat kepada kebersamaan Allah, mengingat mereka senantiasa menghadapi tantangan  dalam setiap aktivitas di lapangan. Kebersamaan Allah sangat diperlukan untuk memberikan penguatan bagi para aktivis dalam menunaikan amanah dakwah
d.    Mendapatkan Berbagai Macam Kebaikan karena Sabar
Keberkatan yang sempurna, rahmat, serta petunjuk . Qs. 2 : 155-157
2.    Bahaya Hilangnya Kesabaran
Hilangnya kesabaran dalam diri seorang aktivis dakwah muslim, bisa berakibat fatal bagi dirinya sendiri, maupun bagi gerakan dakwah secara umum. Tindakan tergesa-gesa (isti’jal) adalah contoh hilangnya kesabaran dalam diri aktivis.
3.    Agar bisa Bersabar
Cara memenangkan pengaruh agama menurut Imam Al Ghazali :
a.    Memberikan dorongan jiwa untuk mengejar dengan sungguh-sungguh faedah-faedah yang ditimbulkan oleh kesabaran, dan betapa besar buahnya bagi agama dan keduniaan kita.
b.    Hendaklah pengaruh hawa nafsu kita lawan secara mati-matian
 diperlukan tarbiyah yang kontinyu. Qs. Al Ashr : 1-3, Al Kahfi : 28, Ali Imran : 200

D. Kekuatan Ukhuwah
    Bagi setiap muslim, batas ukhuwah bukanlah etnis atau geografis, akan tetapi batas saudara adalah akidah. Kita bersaudara karena Allah dan bermusuhan karena Allah. Dengan landasan persaudaraan yang berupa akidah inilah yang membuat ukhuwah bisa kukuh berdiri. Persamaan akidah akan membawa kepada persamaan pandangan hidup dan orientasi perjuangan. Karena Allah-lah yang berkenan mengikat hati-hati orang yang beriman dalam ikatan persaudaraan. Seperti dalam ayatnya Qs. Al Anfal : 63.

1. Keteladanan Ukhuwah di Zaman Kenabian
    Abdurrahman bin Auf ketika di persaudarakan dengan Sa’ad bi Rabi’  memberikan separuh harta dan istrinya untuk saudaranya. Kaum anshar terhadap muhajirin yang membagi dua hasil kebunnya dengan porsi kaum muhajirin lebih banyak hingga tercatat dalam ayatnya Qs. Al Hasyr : 9. Seorang sahabat (anshar)yang memberi makan orang yang lapar padahal dirinya sendiri dan keluarganya belum makan(lapar).  hal ini adalah buah dari keyakinan yang mutlak akan janji-janji Allah.
2. Hubungan Sesama Aktivis Berlandaskan Cinta dan Kasih Sayang
    ”Perumpamaan kaum mukminin seperti satu tubuh”.... ”tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”....”Qs. 3 : 159”......... Nabi Ibrahim ketika berkata pada ayahnya yang tak seiman tetap memperlihatkan kelembutan, kehormatan pada orang tua. Nabi Musa di minta Allah untuk berdakwah pada fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut tertuang dalam Qs. Thaha : 43-44 .....mudah-mudahan ia ingat atau takut.” Semangat dalam dakwah memang diperlukan tapi tetap ada batasnya. Jangan sampai menimbulkan kekerasan atas nama semangat apalagi sampai mengabaikan unsur-unsur kasih sayang dan kelemahlembutan sehingga memperburuk citra dakwah itu sendiri.
3. Penghambat Ukhuwah
    Sukuisme,,,,,pertikaian di dalam tubuh umat...padahal Allah telah bilang dalam ayatnya Qs. Al Anfal : 46.....perbantahan di kalangan umat islam yang merupakan salah satu indikasi ketidaktaatan pada Allah dan Rasul-Nya, sehingga berakibat timbul rasa gentar dan hilang kekuatan. Karena tiada iman tanpa ukhuwah, demikian sebaliknya, iman pasti menimbulkan ukhuwah....Qs. 2 : 286.

E. Soliditas Struktur
    Gerakan dakwah yang solid akan memberikan dukungan sangat besar bagi setiap aktivis untuk memiliki daya tahan di dalam perjuangan. Solidnya struktur gerakan dakwah akan menimbulkan suasana yang nyaman dan melegakan semua aktivis. Suasana kerja menjadi sangat kondusif dan terbantu karena adanya kekukuhan struktur. Namun jika kondisi struktur tidak solid, akan memberikan dampak negatif bagi daya tahan para aktivis. Suasana kerja tidak kondusif dan cepat menimbulkan kelelahan jiwa. Qs. 5 : 2. oleh karena itu, berjamaahlah... ”....barangsiapa yang mati dalam keadaan memisahkan diri dari jamaah kaum muslimin maka ia mati sebagai jahiliyah...”(HR.Muslim).

1. Upaya Membentuk Soliditas Struktur
    a. Konsolidai Manajerial
        Dengan penataan manajemen yang bagus dan profesional dalam setiap jalur dan lini. Amal islami harus berjalan dengan takhthith (perencanaan) yang teliti, tidak boleh asal-asalan, spontanitas atau reaksioner. Banyak sekali prinsip manajemen modern yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan dakwah, seperti misalnya sistem informasi manajemen, sistem seleksi, promosi, kontrol kualitas,dsb.(manfaatkanlah teknolgi untuk kemajuan dakwah).....Qs. 61 : 4.
    b. Konsolidasi Operasional
        Untuk menyingkronkan berbagai kegiatan dalam skala gerakan, sekaligus senantiasa mengarahkan gerak dakwah kepada tujuan yang ditetapkan.

2. Hal-Hal yang Merusak Soliditas
    a. Munculnya Sekat Komunikasi
        Akibatnya adalah ghibah...tanpa ada tabayun terlebih dahuli sehingga pertahanan dakwah ini oun melemah karena sesama aktivis saling membicarakan aib...Qs.49 : 12
    b. Lemahnya Mana’ah Tanzhimiyah (Imunitas Struktural)
        Apabila aturan dan mekanisme berorganisasi sudah mulai berani dilanggar para aktivis, tidak lagi dianggap sebagai suatu ikatan maka gerakan dakwah akan sangat lemah soliditasnya. Semua pihak merasa bisa dan boleh melakukan apapun, tanpa harus melalui aturan serta mekanisme kejamaahan. Perlahan tapi pasti, soliditas melemah, yang ujungnya adalah kerusakan sistemik pergerakan dakwah.

F.    Sekali Lagi, Harus Selalu Memperbaiki Persiapan
1.    Persiapan Total untuk Meraih Kemenangan
Kekuatan ruhiyah, tsaqofah, jasadiyah, kekuatan struktural (tandzimiyah) serta perangkat lunak lainnya dalam penataan gerak....terkandung dalam Qs. Al Anfal : 60
2.    SDM sebagai Investasi Utama
Berapa banyak peperangan yang islam menangkan dengan jumlah prajurit selalu jauh lebih sedkit dari musuh, dengan perangkat peraang yang lebih sedikit dan sederhana tapi mampu mengalahkan mereka semua?itulah dampak dari SDM yang luarbiasa keimanannya pada Allah swt.
3.    Berhitung Kekuatan
Qs. Al Anfal : 65-66  harus tetap ada perhitungan yang matang untuk mencapai kemenangan. Syahid adalah cita-cita, akan tetapi jalan menuju syahid perlu diperhitungkan secara signifikan agar gerak dakwah tetap eksis dan meutuo kemungkinan munculnya bahaya bagi proses dakwah itu sendiri.
BAB IV
YANG TEGAR DI JALAN DAKWAH

A.    Tegar dalam Menghadapi Ejekan
    Telah sering kita dengar kisah Nabi-Nabi kita yang dalam perjalanan dakwahnya, penuh dengan ejekan dari berbagai kalangan yang tidak menyukai dakwanya. Tapi apakah mereka gentar?tentu saja tidak. Karena keyakinan mereka akan janji Allah dan ”......dan sesungguhnya kami menunggu pula (hari akhir)..”
B.    Tegar dalam Menghadapi Gelombang Fitnah
    Fitnah ini banyak dirasakan oleh Rasulullah saw. Dari mulai dibilang pendusta, tukang sihir, gila. Padahal mereka semua tahu bahwa Rasulullah telah terkenal sebagai Al amin. Dikatakan tukang sihir, padahal ahli sihir pada saat itu tidak melihat itu sebagai sihir yang selama ini mereka pelajari (benar-benar berasal dari Dzat Yang Maha Tinggi) yang tidak mampu dicapai oleh para ahli sihir. Gila?padahal dari kecil Rasulullah tidak pernah teridentifikasi punya penyakit gila. Kata-kata yang keluar, wahyu yang turun melalui beliau pun di sanggah oleh ahli syair jika itu buatan manusia karena kata-katanya yang luarbiasa (bukti bahwa wahyu itu benar berasal dari Allah swt). Maka pada zaman ini kita akan melihat islam banyak di fitnah. Dari mulai kata-kata teroris, fundamentalis, dan sebagainya hingga membuat orang-orang fobia dengan islam. Peristiwa WTC, pentagon, yang kesemuanya adalah rencana busuk para musuh-musuh Allah untuk memojokkan islam. Pembantaian di afganistan, fitnahan terhadap Osama bin Laden, Al Qaeda, memenjarakan umat islam dengan fitnahan yang keji, dan sebagainya. Apalagi melalui media massa yang telah banyak dikuasai oleh musuh-musuh islam. Kita harus lebih tangguh dan cermat melihat hal ini.
C.    Tegar dalam Menghadapi Teror Fisik
    Kisah Rasulullah telah memperlihatkan pada kita semua betapa banyak teror fisik yang beliau dapatkan ketika menyeru kepada Allah. Dilemparkan kotoran, dipukuli hingga berdarah, dicekik lehernya dengan kain. Keluarga Yasir yang di siksa agar mau melepaskan agama Muhammad. Abu Dzar yang berkali-kali dipukuli karena bersyahadat di depan kaum musyrik. Kisah seorang pemuda ashabu ukhdud. Zainab Al Ghazali. Dan masih banyak lagi para sahabat dan pejuang islam yang menerima teror fisik ini, untuk memadamkan semangat dan mematikan gerak dakwah. Berbahagialah mereka yang senantiasa tegar di jalan dakwah.
D.    Tegar dalam Menghadapi Manisnya Rayuan
    Harta, tahta, wanita, inilah beberapa kali yang ditawarkan para kair quraisy agar Rasulullah berhenti berdakwah. Apa yang Rasululllah lakukan adalah beberapa kali itu pulalah beliau meolak semua itu. Inilah yang Rasulullah ajarkan bagi para aktivis dakwah bahwa orientasi dakwah kita adalah murni karena Allah swt. Bukan karena untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan yang banyak apalagi wanita yang menghibur. Apalagi pada zaman ini pada tataran perpolitikan. Perlu adanya kewaspadaan akan hal ini dan kuatkan keimanan dan keistiqomahan padanya dengan memurnikan ketaatan pada-Nya.
E.    Tegar dalam Menghadapi Tekanan Keluarga
    Keluarga memang unsur kekerabatan yang paling dekat dekat dengan seseorang. Dalam posisi demikian ini sangat mungkin menyebabkan kelemahan moral ketika berhadapan dengannya.
     Abu Thalib(paman Nabi) – kafir  Quraisy >< Nabi Muhammad  Menghadapi tekanan keluarga semacam itu, ketegasan harus muncul, agar mereka tahu bahwa kerja yang dilakukan itu benar-benar harus diperjuangkan smapai mati.
     Sa’ad bin Abi Waqash tetap mengikutii Nabi Muhammad walau diusir ibunya dan tetap bersikap baik pada ibunya hingga turunlah Qs. Al Ankabut : 8
     Khalid bin Sa’id tetap mengikuti Nabi Muhammad walau diusir bapaknya hingga bapaknya meninggal.

    F. Tegar dlam Kondisi Kekurangan
    Bagi para aktivis dakwah, kekurangan harta, fasilitas hidup dan materi bikanlah penghalang laju dakwah, hingga rasa lapar, haus dan lelahnya perjalanan tidak akan mengubah motivasi penegakan kalimat Allah.  kisah ketegaran Rasulullah dan sahabat dalam menempuh medan yang berat.


ANALISIS :

Perjalanan dakwah ini jika kita melihatnya secara sederhana dan apa adanya maka akan menghasilkan dakwah yang apa adanya juga. Beberapa kali kita melangkah tanpa  pemahaman dan strategi yang mapan. Pemahaman yang parsial, juz’iyah, membuat perjalanan dakwah kita terkadang malah menjadi boomerang bagi dakwah ini. Hal-hal yang kita anggap baik, terkadang malah buruk jika ternyata itu begitu berlebihan. Sebuah semangat adalah baik. Tapi bayangkan ketika semangat itu berlebihan dan tidak pada tempatnya. Beberapa prinsip dalam dakwah mungkin akan diabaikannya atau terlupakan olehnya. Seperti kelemahlebutan dalam berdakwah, dan sebagainya. Ma’rifatul maydan. Dua kata yang harus ditelaah lebih dulu dalam dakwah di zaman ini. Problematika-problematika internal dan eksternal harus lebih dulu dikaji agar tidak terjadi kesia-siaan dalam langkah. Syahid adalah cita-cita kita, tapi proses kita syahid itu pula yang menentukan syahidnya kita. Artinya perlu adanya rancangan strategi untuk mencapai kemenangan. Ingat, kemenangan islam adalah tujuan kami tapi ketika dalam prosesnya kita terbunuh maka itu lain lagi ceritanya. Itulah syahid yang sesungguhnya. Kegagalan dalam dakwah sering kali memang berasal dari para pengembannya. Seperti ketika salahnya dalam melangkah, seperti kegalauannya dalam mencapai keseimbangan, karena sesungguhnya itulah yang mengajarkan pada kita pada akhirnya untuk bisa berbuat seimbang mungkin dalam segala aktivitas kita sehingga tidak ada yang terdzolimi dan kesempurnaan islam dapat dirasakan oleh siapa saja. Tidak dapat dipungkiri, permasalah pada dakwah zaman ini adalah galaunya para pengemban dalam mencapai keseimbangan aktivitas. Dan yang perlu kita yakini adalah adanya korelasi antara ruhiyah yang baik dengan prestasi akademik dan organisasi. Jadi keyakinan akan pertolongan Allah itu mutlak adanya setelah usaha dan tawakkal yang kita lakukan. Problematika eksternal dalam dakwah, seperti yang tertera dalam buku ini benar adanya dan harus adanya langkah cerdik untuk memberantasnya. Itulah mengapa, generasi-generasi kita sudah sepatutnya dibentuk untuk menjadi ahli-ahli dalam bidang-bidang yang bermacam-macam. Jadi teringat kata-kata Ustadzah Wirianingsih, ”jika saya punya anak 11 orang dan semuanya ulama, kemudian teman saya punya 13 orang dan semuanya ulama juga, sungguh jumlah yang sebanyak itu tidak akan dapat merubah bangsa ini”. Oleh karena itulah beliau mendidik anak-anaknya dalam pendidikan umum dan pendidikan islam lebih banyak di lakukan di rumah. Dapat dibuktikan kini anak-anaknya tersebar di Universitas-universitas unggul di bidang umum dengan tetap menyandang sebagai gelar Hafidz/hafidzah. Bayangkan ketika kita, aktivis dakwahnya berada dalam tatanan hukum, berada dalam tatanan ilmiah, teknologi, maka perluasan dan penyebaran dakwah akan lebih mudah dilakukan. Itulah strategi, salah satu strategi dari luasnya ilmu Allah. Tidak dapat dipungkiri juga, bahwa kita memiliki musuh-musuh. Ya, musuh-musuh yang tidak suka akan berkembangnya islam. Akan tegaknya kalimah Allah di muka bumi ini. Berbagai cara mereka lakukan agar dapat memukul mundur kita, para aktivis dakwah. Alhamdulillah para Nabi-nabi, pendahulu kita mengajarkan bagaimana pahitnya jalan dakwah yang mereka rasakan. Sehingga dengan mengkaji kisah-kisah mereka dapat memperteguh langkah kita yang mungkin sangat belum seberapa dengan apa yang mereka rasakan. Tingkat keimanan mereka yang luar biasa dahsyatnya membuat sakit dan lelahnya perjuangan ini hanyalah akan membuat mereka semakin teguh. Ukhuwah yang mereka tanamkan pun adalah buah dari keimanan mereka yang luar biasa. Sehingga soliditas dalam dakwah yang mereka emban bersama pun terikat erat dalam keimanan pada-Nya. Sekarang, kata-kata teroris telah menggema, berbagai fitnah telah menyerang agama kita, agama yang selurus-lurusnya, juga menyerang orang-orang yang berpegang padanya. Perpecahan mereka timbulkan di sisi para penganutnya hingga mereka pecah sepecah-pecahnya. Mereka usung perbedaan pendapat hingga berujung perpecahbelahan. Mereka siksa mereka yang berislam (salah satunya di palestina). Hingga kini di dunia perpolitikan, mampukah mereka para aktivis tegar dalam menghadapi manisnya rayuan?harta, tahta dan wanita. Cukuplah Rasulullah, para sahabat dan Nabi-Nabi terdahulu menjadi pelajaran bagi kita semua. ”Berdoalah kalian kepada-KU, maka akan aku kabulkan”... tingkatkan keimanan, kedekatan pada-Nya hingga sukses kita dapatkan pada akhirnya. Karena Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wallahu ’alam

Senin, 07 Februari 2011

Membina Angkatan Mujahid


MEMBINA ANGKATAN MUJAHID

Risalah Ta’lim hadir dengan penjelasan tentang batasan-batasan bai’at yang yang dibutuhkan dewasa ini, bahwa ia adalah :
1. Bai’at untuk memahami islam secara benar
2. untuk berikhlas
3. untuk beraktivitas
4. untuk melakukan jihad
5. untuk berkorban dengan segala yang dimiliki
6. untuk taat
7. untuk tegar
8. untuk memberikan loyalitas total bagi dakwah ini
9. untuk berukhuwah
10. untuk tsiqoh
Islam tidak akan bangkit tanpa kelompok semacam ini. Kelompok semacam ini tidak akan mampu melaksanakan syarat-syarat kebangkitan kecuali jika mereka memiliki komitmen penuh dengan risalah ini, yakni komitmen terhadap rukun-rukun bai’at dan menunaikan kewajiban-kewajibannya.

BAB I
HASAN AL BANNA PELETAK TEORI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER

”Pendidikan dan pembinaan umat, memperjuangkan prinsip-prinsip nilai dan pencapaian cita-cita sesungguhnya memerlukan partisipasi seluruh umat, atau paling tidak sekelompok dari mereka, yakni memperjuangkan tegaknya :
- kekuatan jiwa yang besar
- kesetiaan yang utuh, bersih dari sikap lemah dan munafik
- pengorbanan yang suci
Selain itu juga mengetahui, meyakini dan menjunjung tinggi prinsip yang menjamin terpeliharanya diri dari kesalahan, penyelewengan, bujuk rayu dan tipu daya”.
Bahaya paling besar yang dihadapi oleh dakwah dan jamaah ini ialah pewarisan yang cacat dan penisbatan diri yang tidak benar kepada ustadz Hasan Al banna. Jika terjadi penggalan di salah satu mata rantai.
Jika dalam jamaah ini terdapat cacat dan kekurangan, sehingga para penganut berbagai aliran merasakan keunggulan dirinya dari jamaah ini, maka ketika itu hancurlah jamaah.

BAB II
KUNCI MEMAHAMI DAKWAH IKHWANUL MUSLIMIN

Salah satu prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan oleh seorang muslim adalah bahwa umat islam harus mempunyai jamaah dan imam. Kewajiban utama setiap muslim adalah memberikan kesetiaannya kepada jamaah dan imamnya.
Suatu jamaah bisa dikatakan sebagai jamaah islamiyah apabila ia telah memenuhi bebrapa syarat, meliputi kepahaman dan kesadaran terhadap jamaahnya itu serta kesucian pemimpinnya. Untuk masa sekarang, agaknya hanya ikhwanul musliminlah yang telah memenuhi syarat-syarat itu. Mengapa demikian? Kerena jamaah islamiyah adalah jamaah yang mempunyai pemimpin yang lurus, yang lahir dari shaf yang lurus pula, dan dibidani oeh sistem syuro yang islami. Jamaatul muslimin hanyalah jamaah yang memiliki ciri-ciri keislaman sejati tanpa tambahan sifat lainnya, yang selalu bersikap kritis, mengembangkan dan memplopori kebaikan di bawah naungan sifat-sifat itu, yang aktif menegakkan islam secara total dalam lingkup individu, keluarga, bangsa, dan dunia seluruhnya, yang memahami islam dengan baik dan komitmen penuh kepadanya dengan mengikuti cara-cara yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, yang menghubungkan perjalan aqidah, syariah, maupun sistem hidup seluruhnya.
Pembaharuan dan paham zaman menjadi kata kunci mengetahui dakwah pokok ikhwanul muslimin. Suatu dakwah yang banyak hal masuk di sana, antara lain:
1. Rasulullah telah mewariskan kepada kita Al Qur’an, As Sunnah, contoh aplikasinya, dan produk (situasi hati, jiwa dan ruhani, sebagaimana ketika itu dimiliki oleh para sahabat Rasulullah SAW. Di mana jiwa menjadi suci, hati menjadi takut kepada Allah dan ruh menjadi ma’rifat kepaa-Nya serta khusyuk beribadah.
2. Proses menghidupkan islam menyangkut juga hal-hal berikut :
a. Menghidupkan kembali fiqih dusturi (semacam fiqih negara)
b. Fiqih anniqabah (sistem perserikatan dagang)
c. Qawanin ( Undang-undang)
d. Sistem rumah tangga islam
e. Mengembalikan dinamika umat islam
3. Menghidupkan sistem nilai islam, baik secara global maupun sektoral.

Sejumlah prinsip umum dakwah ini agar dengannya kita dapat memahami kunci-kunci lain dari dakwah ikhwan dan permasalahannya:
1. Ikhwah adalah muslim, kepada islamlah ia bersandar, terhadap islam ia berkomitmen, dan dari islam ia bertitik tolak.
2. Pendapat para mujtahid, setelah menggali kandungan Al Qur’an, Assunnah dan berdasar pada kaidah-kaidah ushuliyah yang berlaku.
3. Memelihara opini umum
4. Ada dua hal yang dapat dicatat berkaitan dengan hal-hal yang dijadikan sebagai pegangan oleh ikhwan. Pertama, ia harus dibenarkan syariat. Kedua, harus sebanding dengan senjata musuh dan dapat mencapai tujuan
5. Prinsip yang menjadi pegangan ikhwan dalam kaitan politik luar negeri adalah prinsip maslahah dengan maslahah.
6. Dalam perjalanannya menuju sebuah wilayah islam bersatu, tidak terlintas dalam hati ikhwan untuk menjadikan berbagai wilayah ini saling mendominasi sesamanya.
7. Ikhwanul Muslimin ingin menjelaskan kepada semua orang bahwa dalam islam, ada hukum yang dapat berubah mengikuti perubahan masa. Akan tetapi perubahan ini terikat dengan kaidah-kaidah perubahan dalam perspektif islam itu sendiri.
Kita hendaknya memahami permasalahan dakwah kita : memahami dakwah, mendakwahkannya, serta mentarbiyah dan menarik perhatian orang untuk mendukungnya. Dan yang harus disentuhkan kepada semua orang adalah pembicaraan tentang ruh, jiwa, hati, kebutuhan hati akan dinamika, kebutuhan jiwa akan kebersihan, dan kebutuhan ruh akan pengabdian yag ikhlas kepada Allah. Terakhir, kita harus memahami kapasitas intelektual orang yang kita ajak bicara. Kepada seorang sufi yang khusyuk, kepada seorang muslim yang tidak memahami persoalan kita, harus kita pahamkan. Kepada seorang muslim yang beriman tetapi bodoh tentang islam, kita harus mengajarinya pengetahuan tentang islam. Kepada seorang muslim yang berpaham salafi kita jelaskan bahwa dakwah ikhwan adalah dakwah salafiyah. Kepada putra-putra islam yang telah disesatkan oleh musuh-musuh Allah, ia harus disadarkan kembali agar yakin kepada islam. Ketika menghadapi golongan kafir, kita harus memfokuskan perhatian kita pada titik awal yaitu iman kepada Allah, Rasulullah serta Al Qur’an.

BAB III
TANGGUNG JAWAB BESAR

Tanggung jawab terbesar kita adalah melakukan tajdid (pembaruan) dan naql (alih generasi).
1. Pertama, ikhwan sebagai sebuah jamaah yang memusatkan perhatian pada pelayanan umum. Kedua, ikhwan sebagai sebuah gerakan pembaruan (ikhwan memahami betul berbagai kebutuhan amal islami dewasa ini). Islam memerlukan sebuah gerakan yang menyeluruh, yang menjadikan seorang muslim bisa merasakan bahwa dirinya muslim, merasakan bahwa kita hidup secara bersama-sama, juga merasakan keterikatan secara umum dengan islam dan kaum muslimin, serta merasakan pula ikatan khusus dengannya. Pengenalan islam, dilanjutkan dengan proses takwin kemudian berakhir dengan pelaksanaan secara menyeluruh. Sarana-sarana umum dakwah ini tidak berubah, tidak diganti dan tidak akan melampaui tiga hal berikut : iman yang mendalam, pembinaan yang cermat, dan aktivitas yang tiada putus-putusnya. Dan unsur yang harus ada dalam gerakan ini adalah manhaj yang shahih, mukmin yang aktif serta pemimpin yang tegas serta terpercaya.
2. Mengubah umat sebagai prolog dari proses mengubah dunia. Orang muslim kini lemah rasa keislamannya dan lemah pula rasa emosi penisbatan dirinya kepada islam. Karena itu, pekerjaan pertama kita adalah membangkitkan perasaan muslim tentang eksistensi keislamannya dan eksistensi kejamaahannya.

BAB IV
TENTANG TUJUAN

Ustadz Hasan Al Banna mengatakan, ”Ringkasnya, kita menginginkan pribadi muslim, rumah tangga muslim, masyarakat muslim, pemerintahan islam dan negara yang memandu negara-negara islam, yang menyatukan ragam kaum muslimin, mengembalikan kejayaannya, merebut kembali tanah airnya yang hilang, yang terampas, dan negeri yang pernah dirampok. Selanjutnya negara itu akan mengibarkan panji jihad dan dakwah islam, sehingga dunia ini akan damai di bawah ajaran islam”.
Selanjutnya, ia mengatakan, ”Ingatlah selalu bahwa kalian memiliki dua tujuan pokok:
1. Membebaskan negara islam dari semua kekuasaan asing
2. Menegakkan di atas tanah air ini negara islam yang merdeka.

Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah :
1. Perbaikan diri sendiri
2. Pembentukan keluarga muslim
3. Bimbingan masyarakat
4. Pembebasan tanah air dari setiap penguasa asing
5. Memperbaiki keadaan pemerintah sehingga menjadi pemerintah islam yang baik
6. Usaha mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia untuk kemaslahatan islam.
7. Penegakkan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah islam di seantero negeri.

Tujuan Ikhwan Secara Rinci :
1. Individu  Syaksiyah muslim
2. Rumah Tannga muslim
3. Masyarakat Muslim
4. Pemerintahan islami
Pemerintahan islam adalah pemerintahan yang para anggotanya orang-orang muslim, melaksanakan kewajiban, tidak bermaksiat secara terang-terangan, dan melaksanakan hukum-hukum islam. Tidak mengapa menggunakan orang-orang nonmuslim jika dalam keadaan terpaksa, yang penting mereka tidak didudukkan dalam posisi memimpin. Bentuk dan jenis pemerintahannya tidak menjadi persoalan sepanjang sesuai dengan kaidah-kaidah umum dalam pemerintahan islam
5. Daulah Islamiyah
a. Memimpin negara-negara islam
b. Menghimpun beragam kaum muslimin
c. Mengembalikan keagungan umat islam dengan mengembalikan kekuasaan politik islam, serta mengembalikan bumi dan tanah air islam yang telah dirampas oleh penjajah.
6. Tegaknya Daulah dan Khilafah Islamiyah
a. Mengamalkan hukum-hukum islam; dan itu merupakan kewajiban
b. Melaksanakan sistem sosial islam secara lengkap
c. Memproklamasikan prinsip-prinsio yang tegas ini
d. Menyampaikan dakwah islam dengan arif dan bijaksana kepada semua orang
7. Dunia Seluruhnya Hanya Tunduk Kepada Allah SWT
Qs. Al Anfal : 39, Ash Shaf : 9
Dari Ketujuh tujuan ini, tujuan pokoknya adalah menegakkan islam.
Banyak orang beranggapan bahwa dunia akan memusuhi dan memerangi kita lantaran kita membangun dengan menggunakan nama islam. Mereka beranggapan bahwa kita pasti akan menghadapi berbagai macam tekanan sebagai akibatnya. Oleh karena, kita harus membuat batasan minimal pembicaraan tentang islam.
1. Sistem yang kita kehendaki ialah sistem yang dapat memberikan ketenangan kepada semua bangsa, kecuali mereka yang dzalim. Dan harus memenuho sejumlah karakter berikut :
a. Sistem yang dapat menjamin kedaulatan undang-undang yang adil.
b. Sistem yang di dalamnya terdapat sejumlah poin dengan pola redaksi yang umum untu semua masyarakat (setiap warga negara measa bahwa undang-undang ini adalah undang-undang mereka)
c. Sistem itu harus mempertemukan antara potensi tokoh dan kelurusan manhaj; antara fleksibilitas aturan dan pelayanan yang baik dan segera untuk semua orang.
d. Sistem yang menjadikan setiap warga negara adalah tentara.
e. Sistem yang mewujudkan bagi setiap orang suatu pelayanan dan kemakmuran minimal
f. Sistem yang dapat mendidik bangsa dengan kesadaran yang paripurna dalam berpolitik
g. Sistem yang mendapat kepercayaan penuh dari rakyat
h. Sistem yang dapat menyatukan potensi rakyat
i. Sistem yang dapat membendung semua aksi yang destruktif
j. Sistem yang tidak membelajakan sepeser pun uang negara kecuali dengan tepat guna dan tepat sasaran
2. Orang-orang yang beranggapan bahwa penerapan hukum-hukum islam berarti sebuah kemunduran atau penyimpangan dari semangat modernisasi, sesungguhnya merupakan anggapan yang salah dan tertipu.
3. Orang-orang yang beranggapan bahwa penerapan syariat islam berarti merampas berbagai hal yang disenangi dan digemari oleh orang adalah salah satu dari dua golongan : mungkin ia adalah orang yang salah dalam mempersepsi hakikat kesenangan, atau orang yang tidak mengenal islam dengan benar.
4. Orang-orang beranggapan bahwa penerapan islam berarti perampasan kesempatan berkembang dari seseotang, maka anggapan mereka keliru besar.
5. Orang-orang yang takut kepada islam karena menyaksikan keputusasaan seseorang, karena kebencian yang sangat kepada suatu persoalan yang multi interpretasi, atau karena mendengar fatwa seorang tokoh agama yang berpandangan sempit.
6. Orang-orang yang khawatir terhadap serangan dunia apabila kita menerapkan sistem islam

BAB V
TENTANG SARANA

1. Sarana pada Tujuan Pertama
Membentuk individu muslim (murobbi, manhaj dan lingkungan yang sehat). Dalam rangka kematangan individu, seorang akh harus membiasakan diri dengan mengamalkan :
o wirid wirid harian
o i’tikaf tahunan yang di program oleh jamaah
o berkhalwat
o berdzikir, qiyamullail, dan berakhlah mulia, serta
o mengikuti berbagai kegiatan ruhiyah dan ilmiah

2. Sarana pada Tujuan Kedua
Rumah tangga muslim. Sarana-sarananya antara lain:
o Setiap akh harus memberikan perhatian yang besar terhadap persoalan rumah tangganya
o Jamaah harus memberikan hak sewajarnya bagi aktivitas wanita
o Setiap akh harus memilik istri yang shalihah
o Setiap akh seyogyanya diikat dengan anak-anaknya, saudara-saudaranya, baik laki-laki maupun perempuan, juga dengan perangkat-perangkat jamaah
o Jamaah seharusnya mendirikan unit-unit tertentu guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut
o Memelihara rumah tangganya dari penyelewengan
o Menyelenggarakan majelis-majelis untuk wanita.
o Pemimpin harus memberikan perhatian secara khusus terhadap buku-buku tentang wanita.
o Jamaah harus menggalakkan pernikahan di kalangan anggotanya dan mau menikahi para janda.
o Semua ini harus terwujud sebelum dan sesudah kekuasaan.
3. Saran pada Tujuan Ketiga
Pembentukan Masyarakat muslim. Dakwah yang haq pertama kali berbicara kepada ruh, lalu membisikan hati, selanjutnya mengetuk pintu-pintu jiwa yang terkunci. Ringkasnya ada dua kalimat : iman dan amal, kasih sayang dan persaudaraan. Dakwah ikhwan berusaha menanamkan iman ke dalam hati umat islam agar menjelma menjadi tingkah laku, dan agar hati berhimpun kepadanya. Jika mereka melakukan hal itu, maka Allah akan mendukung dan memenangkannya, serta menunjukkan selurus-lurusnya jalan kepadanya. Pada kehidupan Rasulullah saw. Ada dua hal yang sangat urgen bagi kita : pertama, berbicara kepada umat manusia dengan menyentuh perasaan mereka bahwa segala kebutuhan pokok dan cita-cita besar mereka akan terwujud dengan islam. Kedua, mendidik shaf untuk memiliki itsar dengan kadar setinggi-tingginya. Kita harus mengkaji umat ini secara keseluruhan, mengkaji apa yang bisa kita berikan menyangkut manfaat dan maslahat atas dasar islam, menumbuhkan kesadaran mereka atasnya, sehingga umat merasa puas hatinya terhadap pemberian kita. Pada sisi lain, shaf harus ditarbiyah agar memiliki niat tulus ikhlas hanya karena Allah semata dan memiliki itsar dalam segala hal.
4. Sasaran pada Tujuan Keempat
Menegakkan pemerintahan islam di setiap negeri. Hasan Al Banna berkata, ”Ikhwan tidak memperjuangkan pemerintahan islam untuk dirinya sendiri. Jika di tengah umat ada golongan yang siap memikul beban, menunaikan amanat, dan pemerintahan ini menggunakan manhaj islami, maka mereka siap menjadi pasukan dan pembelanya”. Kenyataan menunjukkan bahwa seseorang secara sendirian tidak akan mampu menerapkan totalitas islam. Qs. Al Qashash :83. Kita harus terus berjuang agar islam dapat tegak di negara kita. Tegaknya islam di negara kita hendaknya menjadi titik tolak bagi gerakan islam yang universal; dengan permulaan yang benar dan akhir yang selamat dengan izin Allah. Harus ada rentang waktu di mana prinsip-prinsip ikhwan dapat berkembang dan umat belajar bagaimana mengutamakan keperntingan umum dapripada kepentingan dirinya sendiri. Hasan Al Banna berkata, ”Medan kata-kata bukanlah medan khayal, medan aksi bukanlah medan kata-kata, medan jihad bukanlah medan aksi, medan jihad yang benar bukanlah medan jihad yang salah. Banyak orang berkhayal, tetapi tidak semua khayalan dalam benak mereka dapat diungkapkan dengan kata-kata. Banyak orang dapat berkata, tetapi sedikit di antaranya yang tegar ketika beramal. Dari yang sedikit ini banyak yang dapat bekerja, namun sedikit dari mereka yang sanggup memikul tanggung jawab jihad yang berat dan kerja keras. Sungguh, kepahlawanan hanya lahir bersama kesabaran, ketabahan, kesungguhan dan kerja yang berkesinambungan. Ustadz Hasan Al Banna labih mandahulukan kekuatan aqidah, iman, persatuan, dan ikatan hati sebelum kekuatan lainnya.
a. Kekuatan Aqidah dan Iman
Standar ideal sosok yang berkekuatan iman dan aqidah adalah Rasulullah dan para sahabat. Kita harus berusaha mewujudkan sehat dan kuatnya aqidah, keselamatan iman, dan kesempurnaannya secara optimal agar kita memiliki titik tolak yang ideal, baik pada diri masing-masing kita maupun dalam barisan kita. Jangan kita biarkan orang lain memimpin, jika tidak untuk mencapai derajat shidiqin, syuhada dan shalihin. Bahkan kita harus melakukan usaha peningkatan diri agar dalam barisan kita terdapat orang-orang yang shalih, shidiq dan syahid. Di saat itulah shaf telah mencapai kekuatan aqidah dan iman, atau minimal patut mendapatkannya.
b. Kekuatan Persatuan dan Ikatan
Persatuan kaum muslimin sedunia merupakan salah satu keharusan yang telah Allah swt. Amanahkan kepada mereka, khususnya persatuan di masing-masing negara yang mereka diami. Semua ini tidak akan terjadi kecuali dengan adanya beberapa faktor : seluruh kaum muslimin adil dan ikhlas, merefleksikan keteladannya pada setiap diri individu dan menciptakan suasana yang sehat dalam lingkungannya, telah terbangun kepercayaan mereka kepada fikrah, para tokoh, institusi, serta pandangan dan sikap-sikap operasionalnya, membentuk suatu kekuatan yang besar, terdapat derajat ideal kesatuan dan ikatan, adanya ikatan yang solid antara kelompok kader tingkat bawah dengan kader tingkat atas dan saling menaruh kepercayaan antar mereka.
5. Sasaran pada Tujuan Kelima
Terwujudnya negara islam inti. ”Negara yang memimpin negara-negara islam lainnya, yang menggabungkan semua umat islam, yang mengembalikan keagungannya, serta mengembalikan tanah airnya yang telah hilang dan negerinya yang telah dirampas orang”.
6. Sasaran pada Tujuan Keenam
Menegakkan negara islam yang tunggal atau menegakkan negara kesatuan islam yang menghimpun seluruh negara islam yang tunduk di bawah satu pucuk pimpinan pusat dan diketuai oleh seorang imam. Itulah yang dilakukan Rasulullah saw. Dan para khalifah dalam memimpin dan membimbing umat.
7. Sasaran pada Tujuan Ketujuh
Menegakkan negara islam intenasional yang berkah dan rahmatnya menaungi semua bangsa di dunia.

BAB VI
TAHAPAN-TAHAPAN DAKWAH

1. Ta’rif
Dalam tahapan ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah islam di tengah masyarakat. System dakwah kelembagaan. Urgensinya adalah kerja social bagi kepentingan umum. Medianya adalah nasehat dan bimbingan sekali waktu, serta membangun berbagai tempat yang berguna di waktu yang lain, juga berbagai media aktivitas lainnya.
Jama’ah menjalin hubungan dengan orang yang ingin memberikan kontribusi bagi aktivitasnya dan ingin ikut menjaga prinsip-prinsip ajarannya.

2. Takwin
Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan seleksi terhadap anasir positif untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun berbagai bagian yang ada. System dakwah bersifat tasawuf murni dalam tatanan ruhani dan bersifat militer dalam tataran operasional. Slogan untuk kedua aspek ini adalah perintah dan taat dengan tanpa keraguan.
Dakwah pada tahapan ini bersifat khusus. Tidak dapat dikerjakan oleh seseorang kecuali yang memiliki kesiapan yang benar untuk memikul beban jihad yang panjang masanya dan berat tantangannya. Slogan utama dalam persiapan ini adalah : totalitas ketaatan.

3. Tanfidz
Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad, tanpa kenal sikap plin-plan, kerja terus menerus untuk menggapai tujuan akhir, dan kesiapan menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali orang-orang yang tulus.

Dengan inilah kita mengantarkan umat islam dari satu tahapan ke tahapan yang lain dan dari satu kondisi ke kondisi yang lain, sehingga dapat mengantarkan mereka ke tujuan. Oleh karena itu, hanya pemimpin dan jamaah yang benarlah yang dapat mengatur terlaksananya ketiga tahapan ini hingga semuanya menuai sukses.
Agar ketiga hal ini dapat sukses maka kita harus memiliki tiga perangkat, yakni perangkat ta’rif, perangkat takwin dan oerangkat tanfidz. Setiap perangkat harus memiliki manhaj, perencanaan, metode dan kecakapan. Semuanya harus dalam naungan hierarki organisasi, program kerja yang komprehensif, serta persepsi yang jelas tentang pendidikan dan pengajaran. Ini menuntut kejelasan dalam peringkat keanggotaan, kualifikasi, dan sinergi fungsi berbagai perangkat.

BENTUK-BENTUK KEGIATAN
Setiap dakwah harus melewati tiga tahap : tahap propaganda, tahap pengenalan (ta’rif), dan pemberian kabar gembira serta informasi kepada masyarakat di tingkat bawah. Kemudian tahapan pembentukan (takwin), mencetak pendukung, mempersiapkan pasukan, dan mobilisasi barisan di antara mereka. Setelah itu disusul dengan tahapan aplikasi (tanfidz), yakni aksi dan produksi. Sering terjadi ketiganya beriringan mengingat adanya kesatuan dakwah dan kuatnya hubungan antar masing-masingnya. Tujuan akhir dan hasil tuntasnya tidak mungkin tampak kecuali setelah memasyarakatnya dakwah, banyaknya pendukung, dan solidnya takwin. Oleh karena itu, kita dihadapkan pada beragam bentuk harakah yang menjadikan seorang pemimpin menghadapi beragam pilihan di setiap tahapan setiap kali kondisi dan tuntutan berubah.
1. Bentuk Pertama
Ta’rif : melalui ceramah, halaqah, penyebaran buku dan penjelasan
Tanfidz
2. Bentuk Kedua
Ta’rif
Takwin
Tanfidz
3. Bentuk Ketiga
Ta’rif-takwin-tanfidz – ta’rif-takwin-tanfidz – dst.
4. Bentuk Keempat
Hanya memusatkan pada ta’rif dan takwin pada saat yang bersamaan. Pemimpin sendiri yang mempersiapkan langkah tanfidz
5. Bentuk Kelima
Ta’rif-takwin-tanfidz dilakukan dalam waktu bersamaan dan diawasi oleh satu unit tersendiri. Barangsiapa telah menta’rif, boleh mentakwin selanjutnya tanfidz.

Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan seiring dengan beragam kondisi yang melingkupi suatu wilayah tertentu atau wilayah islam tertentu.

Bebrapa persoalan yang harus kita tempuh :
1. kematangan teori kita tentang ta’rif, takwin dan tanfidz
2. adanya pribadi-pribadi yang matang dalam tiga tahapan ini
3. adanya perangkat yang matang dalam tiga tahapan tersebut

APAKAH TA’RIF, TAKWIN, DAN TANFIDZ ITU?
Ta’rif terlaksana dengan menyampaikan dakwah kepada semua orang. Tahapan seruan, pengenalan, penyebaran fikrah, dan menyampaikannya kepada seluruh lapisan masyarakat.
Takwin itu memilih unsur-unsur yana baik untuk mengemban beban jihad, dan memadukannya antara yang satu dengan yang lain. Tahapan menyeleksi pendukung, mempersiapkan pasukan, dan memobilisasi shaf dari kalangan para mad’u.
Dakwah di era tanfidz adalah jihad yang tiada ragu dan perjuangan yang terus menerus untuk meraih cita-cita. Kesabaran dan cobaan tidak mungkin ditanggung kecuali oleh mereka yang jujur. Tidak mungkin meraih sukses di tahapan ini kecuali bersama totalitas ketaatan juga. Tahapan aksi dan produksi. Tandzim yaumi (pelaksanaan harian) dan tanfidz syamil (pelaksanaan total) berkaitan dengan realisasi tujuan-tujuan besar jama’ah.


BAB VII
RISALAH TA’ALIM DAN SENDI-SENDI PEMBENTUKAN PRIBADI ISLAMI

1. Al-Fahm
Adalah engkau yakin bahwa fikrah kita adalah ‘fikrah islaniyah yang bersih’. Hendaknya engkau memahami islam sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushulul ‘isyrin :
a. Islam adalah sistem menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan
b. Al Qur’an yang mulia dan sunnah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum islam
c. Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki.
d. Jimat, mantera, guna-guna, ramalan, perdukunan, penyingkapan perkara ghaib, dan semisalnya merupakan sebuah kemungkaran yang harus diperangi, kecuali mantera dari ayat Al Qur’an atau ada riwayatnya dari Rasulullah saw.
e. Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat.
f. Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali al ma’shum (Rasulullah saw)
g. Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan menelaah terhadap dalil-dalil hukum furu’, hendaklah mengikuti pemimpin agama
h. Khilaf dalam masalah fiqih furu’ hendaknya tidak menjadikan faktor pemecah belah agama, tidak menyebabkan permusuhan, dan tidak menyebabkan kebencian.
i. Setiap masalah yang amal tidak dibangun di atasnya, sehingga menimbulkan perbincangan yang tidak perlu, adalah kegiatan yang dilarang secara syar’i.
j. Ma’rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian (Dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam
k. Setiap bid’ah dalam agama Allah yang tidak ada pijakannya tetapi dianggap baik oleh hawa nafsu manusia, baik berupa penambahan maupun pengurangan, adalah kesesatan yang wajib diperangi dan dihancurkan dengan menggunakan sarana yang sebaik-baiknya, yang tidak justru menimbulkan bid’ah lainnya yang lebih parah
l. Perbedaan pendapat dalam masalah bid’ah idhafiyah, bid’ah tarkiyah dan iltizam terhadap ibadah mutlaqah adalah perbedaan dalam masalah fiqih.
m. Cinta kepada orang-orang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji karena perilaku baiknya adalah bagian dari taqarub kepada Allah
n. Ziarah kubur, kubur siapapun, adalah sunnah yang disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan Rasulullah.
o. Doa apabila diiringi dengan tawasul kepada Allah dengan salah satu makhluk-Nya adalah perselisihan furu’ menyangkut tata cara berdoa, bukan termasuk masalah aqidah.
p. Istilah keliru yang sudah mentradisi tidak akan mengubah hakekat hukum syar’inya
q. Aqidah adalah pondasi segala aktivitas
r. Islam itu membebaskan akal pikiran, menghimbaunya untuk melakukan telaah terhadap alam, mengangkat derajat ilmu dan ulamanya sekaligus, serta menyambut hadirnya segala sesuatu yang melahirkan maslahat dan manfaat.
s. Pandangan syr’i dan pandangan logika memiliki wilayah masing-masing yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna
t. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengamalkan kandungannya, dan menunaikan kewajiban-kewajibannya.
2. Ikhlas
Hasan Al Banna berkata, “Yang kami kehendaki dengan sikap ikhlas adalah bahwa akhul muslim dalam setiap kata, aktivitas, dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kamajuan atau keterbelakangan. Dengan itulah ia menjadi tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi. Qs. 6 : 162-163
3. Amal
Hasan Al Banna berkata,”Yang saya maksud dengan amal(aktivitas) adalah buah dari ilmu dan keikhlasan”. Qs. 9 : 105
Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah :
a. Perbaikan diri sendiri (terciptanya syaksiyah muslim)
b. Pembentukan keluarga muslim
c. Pembimbingan masyarakat
d. Pembebasan tanah air dari setiap penguasa asing
e. Memperbaiki keadaan pemerintah sehingga menjadi pemerintahan islam yang baik
f. Usaha mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia ini untuk kemaslahatan islam
g. Penegakkan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah islam di seluruh negeri
4. Jihad
Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang hukumnya tetap hingga hari kiamat.” Qs. Al Hajj : 78
Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati dan peringkat terakhirnya adalah berperang di jalan Allah.
5. Pengorbanan
Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan tadhiyah (pengorbanan) adalah jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan.” Qs. 9 : 111 & 24
6. Taat
Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan taat adalah menunaikan perintah dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas.” Hal demikian karena tahapan dakwah ini ada tiga, yakni ta’rif, takwin dan tanfidz.
7. Tsabat (Teguh Pendirian)
Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan tsabat adalah bahwa seorang akh hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan pada tujuan, betapapun jauh jangkauannya dan lama masanya hingga bertemu dengan Allah dalam keadaan yang tetap demikian.
8. Tajarrud ( Totalitas)
Adalah bahwa engkau harus membersihkan pola pikir dari prinsip nilai dan pengaruh individu yang lain, karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengap fikrah. Qs. 2 : 138, Qs. Al Mumtahanan : 4
9. Ukhuwah (persaudaraan)
Adalah terkaitnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh dan semulia-mulianya ikatan. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan sedangkan perpecahana adalah saudaranya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak ada persatuan tanpa cinta kasih. Standar minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan standar maksimalnya adalah itsar Qs. Al Hasyr : 9, Qs. 9 : 71
10. Tsiqah (percaya)
Adalah rasa puasnya seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan. Qs. 4 : 65, Al Anfal : 63

Kewajiban-kewajiban Seorang Mujahid :
Hasan Al Banna berkata, “Imanmu kepada bai’at ini mengharuskanmu menunaikan kewajiban-kewajiban berikut, sehingga engkau menjadi ‘batu bata’ yang kuat bagi bangunan.”
1. Memiliki wirid harian dari kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al Qur’an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari satu hari.
2. Membaca Al Qur’an dengan baik, memperhatikannya dengan seksama, dan merenungkan artinya.
3. Mengkaji sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasulullah saw minimal hafal 40 hadits; ditekankan untuk menghafal Al Arba’in An Nawawiyah. Hendaklah engkau juga mengkaji risalah pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.
4. Bersegera melakukan general check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan
5. Menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi teh, kopi, dan minuman perangsang semisalnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok.
6. Memperhatikan urusan kebersihan dalam segala hal menyangkut tempat tinggal, pakaian, makanan, badan dan tempat kerja, karena agama ini dibangun atas dasar kebersihan
7. Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.
8. Menepati janji; janganlah mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.
9. Menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun
10. Senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun jangan keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar, senyum dan tawa.
11. Memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitif, dan peka oleh kebaikan dan keburukan, yakni muncul rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang kedua. Hendaklah engkau juga bersikap rendah hati dengan tanpa menghinakan diri, tidak bersikap taklid, dan tidak terlalu berlunak hati. Hendaklah engkau juga menuntut dari orang lain yang lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabatmu yang sesungguhnya.
12. Bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada setiap situasi. Janganlah kemarahan melalaikanmu dari dari berbuat kebaikan, janganlah mata keridhaan engkau pejamkan dari perilaku yang buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang yang paling dekat denganmu.
13. Menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktivitas sosial
14. Berhati kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada manusia maupun binatang, berperilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar,dsb.
15. Pandai membaca dan menulis, memperbanyak muthala’ah terhadap risalah ikhwan, koran, majalah dan tulisan lainnya. Membangun perpustakaan, konsentrasilah terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmua jika engkau seorang spesialis dan kuasailah persoalan islam secara umum.
16. Memiliki proyek usaha ekonomi
17. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sebagai sesempit-sempit pintu rezeki, namun jangan pula engkau tolak jika diberi peluang untuk itu. Janganlah engkau melepaskannya kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.
18. Memperhatikan penunaian tugas-tugasmu (bagaimana kecermatan dan kualitasnya), jangan menipu dan tepatilah kesepakatan.
19. Memenuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan sempurna tanpa dikurangi dan dilebihkan dan janganlah menunda-nunda pekerjaan
20. Menjauhkan diri dari judi dan segala macamnya dan menjauhi mata pencaharian yang haram.
21. Menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitasmu dan sucikanlah ia sama sekali dari riba
22. Memelihara kekayaan umat islam secara umum dengan mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan proyek-proyek ekonomi islam
23. Memiliki kontribusi finansial dalam dakwah
24. Menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit
25. Bekerja semampu yang engkau lakukan untuk menghidupkan tradisi islam dan mematikan tradisi asing dalam setiap aspek kehidupanmu
26. Memboikot peradilan setempat atau seluruh peradilan yang tidak islami, demikian juga gelanggang-gelanggang, penerbit-penerbit, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah dan segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara total.
27. Senantiasa merasa diawasi oleh Allah, mengingat akhirat
28. Bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa dalam keadaan berwudhu (suci) di sebagian besar waktumu.
29. Melakukan shalat dengan baik dan senantiasa tepat waktu dalam menunaikannya. Usahakan untuk senantiasa berjamaah di masjid jika itu mungkin dilakukan.
30. Berpuasa ramadhan dan berhaji dengan baik
31. Menyertai dirimu dengan niat jihad dan cinta mati syahid
32. Memperbarui taubat dan istigfarmu
33. Meningkatkan kemampuanmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan
34. Menjauhi khamer dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya
35. Menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rusak, serta jauhilah tempat-tempat maksiat
36. Memerangi tempat-tempai iseng, jangan sekali-kali mendekatinya, serta jauhilah gaya hidup mewah dan bersantai-santai.
37. Mengetahui anggota katibahmu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap dan kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya. Tunaikanlah hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya
38. Menghindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun, jika tidak membawa maslahat pada fikrahmu
39. Menyebarkan dakwahmu di manapun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang segala kondisi yang melingkupimu.
40. Menjalin hubungan, baik secara ruhani maupun ’amali, dengan jamaah dan menempatkan dirimu sebagai tentara yang berada di tangsi tengah menanti instruksi komandan

Allahu Ghayatuna, Ar Rasul Qudwatuna, Al Qur’an Syir’atuna, Al Jihad Sabiluna, Asy Syahadah Umniyyatuna. Qs. 61 : 10-14.

BAB VIII
URAIAN PELENGKAP

1. Beberapa Kaidah yang Sesuai dengan Tabiat Dakwah Kita dalam Manhaj Tsaqafah, Ta’lim dan Tarbiyah
a. Harus selaras dengan dakwah dan harakah kita
b. Harus memberikan kepada setiap muslim ketahanan moral agar terhindar dari kesesatan dan ketergelinciran, di samping terhindar pula dari penyelewengan pemikiran islam atau pemikiran jamaah
c. Harus meletakkan di tangan setiap muslim sebuah barometer yang dapat mengukur segala sesuatu yang melingkupinya dengan standar islam.
d. Persepsi umum tentang ilmu pengetahuan dan perspektif islam
e. Peringkat keanggotaan bagi kita adalah : musa’id, muntasib, ’amil, mujahid, naqib, naib.
f. Pemahaman yang menyeluruh terhadap islam, lapang dada menerimanya dan secara argumentatif meyakini bahwa dialah kebenaran.
g. Memahami islam secara global dan rinci
h. Manhaj hendaknya selalu dijaga agar tidak membiarkan terjadinya cacat, baik dalam tsaqofah, ruhiyah maupun tarbiyah pada diri seorang muslim.
i. Komitmen kepada islam pada gilirannya dapat mewujudkan berbagai nilai yang dibutuhkan oleh setiap diri muslim dan jamaah islam.
j. Pada diri jamaah ikhwanul muslimin terdapat berbagai slogan, selain pembahasan tentang akhlak dan etika dalam kehidupan.
k. Dalam manhaj baik secara ilmiah, tarbawiyah dan aplikasinya harus diperhatikan hal-hal yang dapat merealisasikan semua ini.
l. Jamaah islam harus mempunyai sistem
m. Di tubuh umat ini ada pejuang kebenaran yang tidak pernah terputus geraknya walau sejenak pun
n. Kita adalah gerakan tajdidi (pembaru)
o. Totalitas islam selalu bersifat positif tanpa ada yang bersifat negatif

2. Peringkat Keanggotaan dan Hal-hal Prinsip di Dalamnya
3. Beberapa Standar, Penjelasan dan Metodologi
Standar keberhasilan pada peringkat pertama dalam manhaj kita dan diawal perjalanan keanggotaannya adalah pelaksanaan yang sempurna akan tuntutan iman, shalat, infaq, dan loyalitas secara penuh kepada jamaah. Qs 5 : 55-56.
Beberapa Penjelasan : sesungguhnya dakwah di peringkat takwiniyah bersifat sufi dan militer murni. Qs. 9 : 111-112.
Metodologi : Daurah (Training). Di peringkat ta’rif dapat dilaksanakan dalm waktu 30-40 hari berdasarkan Qs. 7 :142. Di peringkat takwin ada daurah ruhiyah, daurah fikriyah tentang fiqih dakwah, daurah amniyah, daurah pelatihan

BAB IX
PENUTUP

Pembinaan yang sempurna agar timbul kepercayaan. Bahwa ada kaitan antara islam dan politik. Kita adalah jamaah yang bercita-cita agar islam memegang kendali dunia. Sehingga diperlukan perjuangan dengan penuh kesadaran. Dengan titik tolak yang dilandasi atas landasan taqwa, Qs. 9 : 109. Dengan totalitas dakwah, pembelajar tentag dakwah yang baik, sistem yang jelas dan keikhlasan pada-Nya. Kepada Allah-lah kita menggantungkan harapan dan meminta pertolongan, dan hanya kepada-Nya kita berserah diri.



ANALISIS :

Dalam diri manusia kita mengenal dua hal, fujuroha wa taqwaha. Jalan kesesatan atau jalan taqwa. Namun, fitrahnya sebagai manusia, kita pasti menginginkan sebuah kebaikan dalam diri kita. Banyak faktor yang menyebabkan akhirnya kita berada pada jalan kesesatan atau ketaqwaan. Berdasarkan kedua jalan itulah dampak dari keduanya dapat kita rasakan. Dampak dari kesesatan adalah orang-orang yang brutal, yang hanya akan memberikan dampak buruk bagi orang-orang di sekitarnya hingga dalam negaranya sendiri. Dan dengan jalan ketaqwaan lah, segala kebaikan akan dirasakan oleh segenap manusia, bahkan segala apa yang ada di bumi sebagai dampaknya. Dengan kunci ketaqwaan inilah akhirnya kita dapat memahami bahwa untuk mencapai kebaikan-kebaikan dalam hidup ini, butuh bekal yang kita sebut taqwa. Sulit memang jika mengharapkan seluruh umat manusia mencapai tingkat ini. Jangankan untuk mencapai tingkat ini, untuk mendapatkan orang-orang yang ”baik” secara umum saja agak sulit. Penguasaan hawa nafsu atas diri seseorang, membutakan seseorang dalam bertindak. Hal-hal buruk pun akan menjadi langkahnya demi mencapai apa yang mereka inginkan sehingga tak heran jika saat ini, di mana-mana para penguasa sangan dzalim terhadap rakyatnya. Para penguasa mencari keuntungan yang sebesar-besarnya atas posisi kepemimpinannya. Alhamdulillah, kita punya sistem yang mengatur kita semua. Dialah Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan kita hingga jelaslah mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk menciptakan apa saja kebaikan yang hadir dari sebuah sistem islam tidak hanya dibutuhkan pribadi-pribadi luar biasa yang super tapi juga dibutuhkan tim yang super atau kita sebut sebagai ’super tim’. ”Hai orang-orang yang beriman, jagalah DIRIMU dan KELUARGAMU dari api neraka” (Qs.....). Sangat jelas bahwa Allah ingin kita tidak egois, tidak memikirkan diri kita sendiri tapi memperhatikan keluarga kita. Maka dalam hal ini adalah membangun keluarga yang islami yaitu sesuai yang islam inginkan. Anda bisa bayangkan, bahwa Rasulullah sangat mengutamakan tetangganya. Beberapa hadits Rasulullah yang mengindikasikan untuk mendahulukan tetangga kita, untuk menjaga para tetangga kita, jangan sampai menyakitinya dan merasa was-was akan keberadaan kita sebagai tetangganya. Anda ingin menciptakan suasana islami di rumah anda dan dapat diterima oleh orang-orang di sekitar anda, maka hal yang pertama kali anda lakukan adalah melakukan banyak kebaikan sebagai bentuk teladan yang akhirnya orang-orang di sekitar anda, tetangga anda, dapat menerima anda dengan baik karena begitu baiknya hubungan yang anda jalin dengan mereka. Bagaimana jika anda ingin melakukan atau bahkan mendapatkan ketenangan, keadilan dalam pemerintahan jika ternyata pemerintahan anda tidak mendukung apa yang anda inginkan. Bagaimana kesejahteraan rakyat dapat dirasakan jika ternyata penguasanya adalah penguasa yang dzalim. Bagaimana anda dapat menjalankan keseharian anda dalam peribadatan islam jika ternyata pemimpin anda, pemerintahan anda menentang segala bentuk peribadatan islam. Oleh karena itulah, dalam buku ini mencoba memberikan langkah solutif dari sebuah studi analitis atas konsep dakwah Hasan Al Banna dalam Risalah Ta’lim. Dalam menjalankan misi ini tentu dibutuhkan sebuah panduan agar mencapai apa yang hendak dicapai. Hasan Al Banna dalam Risalah Ta’limnya mengajari kita bagaimana langkah tepat menuju daulah islamiyah. Perbaikan aqidah, iman, akhlak adalah sebuah langkah awal untuk mencapai tujuan. Anda bisa membayangkan ketika jiwa-jiwa ini telah dipenuhi oleh keimanan yang luarbiasa kepa Allah swt, akhlak-akhlak ini berguru pada Rasulullah saw, maka Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tentu saja pembinaan semua ini butuh waktu dan butuh perencanaan yang matang. Berbagai sarana harus digunakan untuk mencapai ini semua. Sarana halaqah salah satunya sebagai sarana pembentukan pribadi islami. Melalui buku membina angkatan mujahid ini adalah sebagai langkah awal membangun pemahaman kita tentang gerakan kita menuju daulah islamiyah ini. Karena telah banyak penyelewengan di luar sana, kerena telah banyak kesalah pahaman di luarsana tentang gerakan ikhwanul muslimin yang di usung oleh Hasan Al Banna sehingga tidak sedikit yang berbelok menjadi musuhnya. Berbagai interpretasi timbul, taklid buta, dan sebagainya menghiasi dakwah ikhwanul muslimin. Melalui buku inilah (salah satunya) kita kembali membangun pemahaman yang parsial tentang dakwah ikhwanul muslimin hingga komprehensif. Telah jelas bahwa dakwah ini menjadikan Al Qur’an dan Sunnah menjadi pegangan utama. Bahkan dakwah kami adalah dakwah salafiyah juga, dan sebagainya. Hal pertama kali kami bangun adalah aqidah, keimanan, dan akhlak, bukan yang lain. Gerak kami adalah atas dasar keikhlasan karena Allah swt semata. Slogan kami adalah : Allah tujuan kami, Rasulullah teladan kami, Al Qur’an undang-undang kami, jihad adalah jalan kami dan mati syahid adalah cita-cita kami. Maka telah jelaslah mana yang baik dan mana yang buruk. Setelah mencapai kepahaman yang komprehensif, maka keikhlasanlah yang kami tanamkan lebih awal dan utama. Ya keikhlasan untuk meletakkan dasar segala tindak tanduk kami adalah karena Allah semata. Maka dengan kepahaman dan keikhlasan inilah, sebuah, beberapa, banyak amal dapat dilakukan. Karena hanya dengan kepahaman dankeikhlasan inilah kesungguhan dalam beramal akan didapatkan, totalitas dalam beramal akan didapatkan, pengorbanan dalam beramal akan timbul sehingga akan dengan sangat mudah seseorang dapat bersikap taat atas segala seruan kebaikan, ”sami’na wa ato’na”. Sikap tsabat, tajarrud akan timbul dan ukhuwah pun akan bertebaran dimana saja kepada siapa saja. Dan ketsiqohan akan timbul kemudian. Ketsiqohan ini akan sangat penting demi berdirinya daulah islamiyah. Kepercayaan terhadap pemimpin, terhadap kapabilitas pemimpin akan memudahkan gerak langkah dakwah kita sebagai salau satu bentuk strategi. Tiap orang dalam pembentukan hal ini memiliki perbedaan-perbedaan dalam perjalanannya. Ada yang dengan mudah menerima, tapi ada juga yang butuh waktu lama untuk bisa menerima. Oleh karena itulah Hasan Al Banna membuat tahapan-tahapan dakwah. Ta’rif, takwin, tanfidz semua disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. Oleh karena itulah, kesucian jiwa, ketinggian iman, manjadi landasan awal demi berdiirinya daulah islamiyah. Kemudian langkah-langkah strategi demi tercapainya tujuan akhir. Dan perlunya membentuk, membina orang-orang di sekitar kita agar bisa menerima fikrah kita dan bisa berjalan dan membangun bersama-sama. Sehingga semua ini bukanlah mimpi semata tetapi sebuah langkah nyata demi terciptanya daulah islamiyah dan semua dapat merasakan rahmatan lil alamin karena sistem islam telah berada di dalamnya. Wallahu ’alam...